KALBU YANG SELALU MENGINGAT ALLAH
Ditulis oleh Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar
Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda sambil memegang kedua pundakku,
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Tinggallah di dunia ini seakan-akan kamu sebagai orang asing atau orang yang numpang lewat.”
Ibnu Umar radhiallahu anhuma kemudian menyatakan,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila engkau berada pada waktu sore, janganlah engkau tunda (untuk beramal) sampai waktu pagi. Apabila engkau berada pada waktu pagi, jangan engkau tunda (untuk beramal) sampai waktu sore. Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Pergunakan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. al-Bukhari)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Ketika seorang hamba memulai menapakkan kakinya di dunia ini, dirinya telah memulai perjalanan menuju Rabbnya. Waktu perjalanannya ialah umur yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuknya. Setiap siang dan malam yang ia lalui merupakan jarak tempuh dalam rangka menuju Rabbnya subhanahu wa ta’ala.
Seorang hamba akan menjalani hari-harinya sampai selesai perjalanan hidupnya. Seorang hamba yang cerdas akan menyambut hari-harinya agar dapat melewatinya dengan selamat dan membawa keberuntungan. Demikianlah, ia selalu melewati hari-harinya. Tidaklah waktu berlalu dalam keadaan hatinya lalai/keras, memiliki angan-angan yang panjang, dan suka menunda-nunda amalan. Ia khawatir, umurnya tinggal hari itu sehingga ia bersungguh-sungguh menjalaninya dengan sebaik-baiknya.
Sesungguhnya, jika seorang hamba meyakini bahwa hari-harinya sangat sempit dan akan berlalu dengan cepat, itu akan membuat dirinya ringan dan segera beramal. Jiwanya selalu tunduk untuk bersiap diri menghadap Rabbnya. Apabila datang waktu dan hari, ia berusaha menyongsong dan menyambutnya. Keadaan seperti inilah yang senantiasa ia lalui hingga akhir perjalanan hidupnya.
Usahanya akan mendapatkan pujian. Ia akan bergembira dengan apa yang telah ia persiapkan untuk suatu hari yang ia membutuhkan amalannya. Apabila telah datang terangnya hari akhirat dan berlalu kegelapan dunia, perjalanan hidupnya akan mendapatkan pujian. Usahanya akan mendapatkan balasan.
Alangkah bagusnya usaha untuk menyambut hari akhirat hingga kebahagiaan tampak jelas di hadapannya.”
(Diambil dari kitab Thariqul Hijratain wa Babus Sa’adatain, hlm. 185—186, dengan sedikit perubahan)
Sumber : Majalah Asy-Syariah Online