JIKA ENGKAU SEDANG SHALAT, KEMUDIAN AYAH DAN IBUMU MEMANGGILMU MAKA JAWABLAH
PENJELASAN SEBUAH HADITS: “JIKA ENGKAU SEDANG SHALAT, KEMUDIAN AYAH DAN IBUMU MEMANGGILMU MAKA JAWABLAH.”
👉🏻 Tentang hadits yang kedua,
(إِذَا كُنْتَ فِي الصَّلَاةِ فَدَعَاكَ أَبُوْكَ فَأَجِبْهُ، وَإِنْ دَعَتْكَ أُمُّكَ فَأَجَبْهاَ)
( Apabila kamu sedang shalat kemudian ayahmu memanggilmu maka jawablah panggilannya, begitu pula jika ibumu memanggilmu maka penuhilah.) ?
🔊 Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz _rahimahullah_ mengatakan,
☑️ “Iya, ini termasuk dari bagian birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua). Jika orang tua memanggilmu dan kamu tau bahwa mereka tidak mengizinkan dan tidak memberi waktu kepadamu, maka jawablah panggilannya apabila shalatnya adalah shalat sunnah. Kalau shalatnya adalah shalat wajib maka tidak boleh, sempurnakanlah shalat yang wajib! Akan tetapi, kalau shalatnya adalah shalat sunnah dan engkau khawatir ayah atau ibumu akan marah jika engkau terlambat (memenuhi panggilan mereka) maka hentikanlah shalatmu.
📄 Hal ini berdasarkan kisah hadits tentang Juraij (sang ahli ibadah, _pent_), bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meberitakan tentang Juraij. Bahwa ibunya memanggilnya, sedangkan Juraij tengah melakukan shalat -Juraij termasuk deretan orang-orang sebelum kita dari kalangan Bani Israil- ia berkata,
‘Wahai Rabbku, bagaimana ibuku dan shalatku?’ Dan ia tidak menjawab panggilan sang ibu. Ibunya memanggilnya sampai tiga kali dan Juraij tidak menjawabnya, maka akhirnya ibunya mendoakan kejelekan bagi anaknya -Juraij- dan mengatakan,
‘Ya Allah jangan Kau matikan ia sampai Kau tunjukkan kepadanya wajah para pelacur.’ Akhirnya Allah mengabulkan doa sang ibu.
✍️ Ini menunjukkan bahwa yang sepatutnya bagi seorang mukmin adalah bahwa menjawab panggilan orang tua adalah sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan, karna besarnya hak kedua orang tua. Kalau ia tau bahwa keduanya tidak marah dan memberikan kelonggaran sampai ia menyempurnakan shalatnya, maka hal ini tidak mengapa. Jikalau kemarahan keduanya dikhawatirkan, maka ia hentikan shalatnya dan menjawab panggilan orang tua, dalam perkara shalat sunnah saja.
❗️ Adapun shalat wajib maka perkaranya besar, tidak boleh untuk menghentikannya, bahkan ia menyempurnakannya kemudian setelah itu ia sampaikan alasannya kepada kedua orang tuanya.
*——–========——–*
📚 حديث إذا كنت في صلاة فدعاك أبوك فأجبه
✍️ الحديث الثاني: (إذا كنت في الصلاة فدعاك أبوك فأجبه، وإن دعتك أمك فأجبها)؟
📝 نعم، هذا من بر الوالدين، إذا دعاك وعرفت أنه لا يسمح ولا يمهلك تجيبه إذا كانت الصلاة نافلة، أما إذا كانت فريضة، لا، تكمل الفريضة، لكن إذا كانت نافلة وتخشى أن يغضب عليك أو تغضب عليك الوالدة إذا تأخرت فاقطعها؛ لقصة حديث جريج؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم أخبر عن جريج أن أمه دعته وهو يصلي -وهو فيمن كان قبلنا من بني إسرائيل- فقال: “يا رب أمي وصلاتي؟” ولم يجبها، وكررت ثلاث مرات ولم يجبها، وآثر صلاته، فدعت عليه وقالت: اللهم لا تمته حتى تريه وجوه المومسات، فأجاب الله دعوتها. فهذا يدل على أنه ينبغي للمؤمن أن لا يترك جواب أمه وأبيه لأن حقهما عظيم، أما إذا كان يعلم أنهما لا يغضبان ويسمحان عنه حتى يكمل فلا بأس، لكن إذا خشي غضبهما فإنه يقطع الصلاة ويجبيها في النافلة فقط، أما الفريضة فأمرها عظيم لا يجوز قطعها بل يكلمها ثم يعتذر إليهما.